Home » Industri Tempe Koro Berlian Progo

Industri Tempe Koro Berlian Progo

tempe koro

Industri tempe koro berawal dari kunjungan PT Pertamina program Pertamina Patra Niaga dibawah naungan BUMN ke Padukuhan Babakan yang bertujuan untuk melihat dan menggali potensi yang dapat dikembangkan melalui program CSR (Corporate Social Responsibility). Program CSR memberikan kesempatan kepada Padukuhan Babakan untuk mengelola sebuah industri tempe koro dengan pengelolaan secara kelompok.

Berlian Progo

Dibuatlah kelompok wanita mandiri “Berlian Progo”, berasal dari kata berlian yang diharapkan usaha tempe koro di Padukuhan Babakan selalu bersinar seperti berlian walaupun terdapat hambatan tapi tetap bisa dilewati dan kata progo yang berarti lokasi industri tempe koro yang berada dekat sungai progo juga penanaman bibit tanaman koro pedang di bantaran sungai progo. Industri tempe diawali sebagai usaha rintisan beranggotakan 15 orang untuk mengelola industri pembuatan tempe koro. Usaha rintisan merupakan usaha non-profit dimana hasil dari produksi belum dapat dinikmati atau dibagi kepada anggota kelompok. Kelompok “Berlian Progo” beranggotakan ibu-ibu Padukuhan Babakan dengan sistem keanggotaan sukarela atau relawan. Hasil yang didapatkan dari penjualan tempe koro akan dikumpulkan dan dibagikan setiap satu tahun sekali pada saat sebelum lebaran sesuai dengan posisi masing-masing.

Industri Tempe Koro

         Dipilihnya tempe koro sendiri merupakan keputusan dari pihak pertamina, karena masih sedikitnya pembuatan tempe menggunakan kacang koro. PT Pertamina memberikan seluruh fasilitas mulai dari lokasi, bangunan, peralatan, perlengkapan dan bahan baku. Awal produksi dimulai pada bulan Juni 2022, PT Pertamina mencarikan bahan baku kacang koro dari Jawa Timur untuk diolah menjadi tempe koro seharga 14.000/kg dengan target sekali produksi sebanyak 30 kg. Kelompok “Berlian Progo” memutuskan untuk mencari alternatif pemasok kacang koro yang lebih dekat bertujuan untuk efisiensi waktu berlokasi di Kulon Progo. Hingga saat ini kelompok “Berlian Progo” masih mencari-cari pemasok kedelai koro dengan harga yang lebih murah.

Susunan Pengurus

Kelompok Wanita Mandiri “Berlian Progo”

  Bantuan dari pihak UGM dengan memberikan bibit tanaman koro pedang dimanfaatkan oleh Padukuhan Babakan agar dapat menyuplai kebutuhan kedelai koro secara mandiri. Penanaman bibit dilakukan di area persawahan dekat bantaran sungai progo. Rencananya hasil panen akan digunakan sebagai bibit tanaman koro yang nantinya akan disebar ke petani. Diharapkan Padukuhan Babakan dapat memenuhi kebutuhan produksi tempe koro dan menekan pengeluaran sehingga tidak tergantung dengan supplier dari luar.

Produksi Tempe Koro

         Hingga saat ini Kelompok “Berlian Progo” hanya mampu produksi sebanyak 5 sampai 10 kg dikarenakan kendala pemasaran dan tenaga kerja. Produksi tempe koro dilakukan 3x dalam seminggu setiap hari senin, rabu dan jumat. Dalam sekali produksi sebanyak 10 kg kacang koro akan menghasilkan kurang lebih 380 tempe mentah. Pertama-tama koro pedang disortasi, dipisahkan dari kotoran kemudian ditimbang sebanyak 10 kg dan dicuci bersih agar terbebas dari kontaminan. Koro pedang yang sudah bersih direndam dengan air selama 48 jam atau 2 hari. Air  rendaman diganti setiap pagi dan sore. Perendaman diharapkan dapat menghilangkan senyawa HCN yang terkandung pada koro pedang, serta berfungsi untuk hidrasi sehingga menyebabkan koro memiliki ukuran yang lebih besar. Kemudian koro pedang dicuci kembali dan direbus selama 30 menit untuk melunakkan jaringan koro pedang sehingga memudahkan pelepasan kulit koro.

Koro pedang yang telah dikupas kulitnya, dirajang dan dicuci. Setelah itu dilakukan perendaman kembali dengan air selama 24 jam. Fungsi perendaman ini untuk memberikan kondisi asam pada koro sehingga nantinya kapang dapat tumbuh optimal pada bahan. Koro pedang yang telah direndam, direbus hingga matang kemudian ditiriskan, dan didinginkan.

Selama proses pendinginan, sebanyak 10 kg koro pedang matang dicampur dengan 3 lembar daun waru yang digunakan untuk proses fermentasi alami. Daun waru dapat membuat spora kapang tempe mudah melekat karena permukaan daun berbulu cukup lebat. Ragi daun waru sering disebut dengan nama usar. Usar tempe merupakan kumpulan spora kapang yang sering digunakan untuk bahan pembibitan dalam pembuatan tempe. Tanpa adanya usar, kedelai yang difermentasikan akan menjadi busuk. Setelah dingin, koro pedang dibungkus dengan daun pisang dan diikat dengan tali mendong. Fermentasi dilakukan selama 2 hari hingga menjadi tempe koro pedang.

Inovasi Produk

         Saat ini inovasi produk tempe koro pedang hanya sebatas tempe bacem dan tempe bacem goreng. Tujuannya agar tempe lebih bertahan lama dan lebih mudah dinikmati. Rencana inovasi produk lainnya yaitu abon dan kripik tempe koro. Akan tetapi inovasi produk masih terhalang oleh alat produksi yang terbatas.

         Tempe koro pedang di pasarkan dengan sistem pre-order, para anggota kelompok “Berlian Progo” akan memasarkan melalui status whatsapp dan Instagram. Tempe koro pedang dijual dengan harga Rp. 850 /pcs, ada pula sesitem paket Rp. 10.000 /12pcs, Rp. 20.000 /25pcs, dan 25.000 /30pcs. Beberapa produk juga dititipkan di warung-warung sekitar Dusun Babakan, untuk pemasarannya saat ini masih terbatas warga Padukuhan Babakan dan sekitarnya. Harapan Kelompok “Berlian Progo” untuk industri tempe koro adalah mampu memenuhi target dari Program Pertamina yaitu 30 kg setiap produksi. Selain itu, mampu membuat inovasi produk yang lebih beragam agar memudahkan dalam pemasaran. Sehingga para ibu ibu kelompok “Berlian Progo” mampu menjadikan industri tempe koro sebagai pendapatan tambahan.

Potensi Wisata Industri Tempe Koro Berlian Progo

Wisatawan di Desa Wisata Babakan dapat mengikuti workshop pembuatan tempe koro, mulai dari penanaman bibit koro pedang sampai pemanenan koro pedang yang siap produksi, kemudian mengikuti proses pembuatan tempe koro hingga selesai, juga dapat mengolah tempe koro menjadi inovasi produk lainnya.

Share :